
- Mohon penjelasan hukum terkait isbal ?
Hermawan
Jawab :
Metodologi dalam memahami hadis-hadis isbal
1. Mengumpulkan semua hadis terkait isbal atau maudhu’i supaya pemahaman tidak parsial.
2. Memisahkan hadis-hadis dengan kategori mutlaq dan muqoyyad
3. Menerapkan kaidah memasukan yang mutlaq pada yang muqoyyad
Dalam kaidah
المطلق يبقى على إطلاقه حتى يقوم الدليل على تقييده
Mutlaq itu dihukumi tetap pada kemutlakannya sehingga ada dalil yang membatasi kemutlakannya. contoh hadis mutlaq terkait isbal
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ مِنْ الْإِزَارِ فَفِي النَّارِ
dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Barangsiapa menjulurkan kain sarungnya hingga dibawah mata kaki, maka tempatnya adalah neraka.” (HR Bukhari)
Contoh hadis yang muqoyyad terkait isbal
قال صلى الله عليه وسلم: “من جر ثوبه خيلاء لم ينظر الله إليه يوم القيامة” (رواه البخاري 3465)
Barangsiapa yang melabuhkan kainnya dengan sombong, maka Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat (HR Bukhori)
Karena ada kesamaan sabab hukum yaitu menjulurkan kain melebihi batas mata kaki, maka berlaku kaidah
حمل المطلق على المقيد
Memasukan mutlak pada muqoyyad
Illat atau taqyidnya adalah rasa sombong, sehingga kesimpulannya “Isbal disertai dengan sombong hukumnya haram”
Sebaliknya, kalam kaidah
النهي عن الشيئ امر عن ضده
Melarang kepada sesuatu memerintahkan pada sebaliknya
Sehingga sunah itu adalah “Berpakaian baik isbal atau tidak, tanpa disertai rasa sombong”
Isbal termasuk kategori makhilah itu maksudnya sebagian isbal. Ada kalanya isbal itu disertai kesombongan ada kalanya tidak. Maksud hadis tersebut adalah isbal yang disertai kesombongan. Istinbat terebut sebagai jama’ dengan hadis-hadis lainnya dengan metodologi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Hadis tersebut tetap dikategorikan sebagai hadis mutlaq
2. Isbal, secara kultur pada zaman Rosul saw identik dengan melabuhkan kain, menyeret dan sombong.
3. Rosul memperbaiki cara berpikir abu bakar bahwa maksud yang terlarang adalah kesombongannya sebagai illat, dikuatkan dengan hadis lain HR Bukhori 3465.
4. Kultur sifatnya temporal dan relatif, setiap zaman dan bangsa bisa berbeda sedangkan illat hukum tetap.
5. Kesimpulannya sunah itu berpakaian menutup aurat tanpa disertai rasa sombong.